KOMPAS Kamis, 18 Desember 2008 00:44 WIB
Tanjung Pinang, Kompas - Perairan di sekitar hutan bakau dan tanaman bakau yang baru ditanam melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan tertimbun limbah penambangan bauksit. Akibatnya,
Berdasarkan pengamatan Kompas, Rabu (17/12), air laut dan garis pantai di perairan sekitar hutan bakau di Kampung Senggarang Besar, Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, terlihat menguning.
Lumpur-lumpur bekas tanah atau limbah bauksit berserakan di sela-sela tanaman bakau. Bahkan, bibit bakau yang baru ditanam di perairan pantai juga terkena limbah bauksit. Tanaman bakau baru ditanam melalui proyek kegiatan GN-RHL/Gerhan.
Papan proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) di lokasi itu pun masih tampak jelas tertancap di garis pantai. Dalam papan proyek itu, tertulis jenis kegiatannya, yaitu pembuatan tanaman hutan mangrove di areal lahan seluas 56 hektar. Proyek tahun 2007 itu dilaksanakan dengan sumber dana dari APBN.
Menurut seorang warga, Asman, tanaman bakau dan perairan di area itu menguning terkena limbah bekas pencucian bauksit. Tempat penampungan limbah bauksit di salah satu tempat penambangan bauksit jebol.
Seorang warga lain, Ain (50), mengungkapkan, sebelum limbah bauksit tumpah ke laut, ia mampu mencari gonggong 200-400 ekor sehari. ”Namun, saat ini, mencari 30 gonggong saja sudah susah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Tanjung Pinang Yulianus Muchtar belum dapat memberikan komentar lebih jauh.
Film Sharkwater Extinction
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar