KOMPAS, Selasa, 16 Desember 2008 00:22 WIB
Bandung - Ulah manusia menjadi penyebab kepunahan terbesar makhluk hidup. Ulah manusia menyebabkan kehancuran lingkungan hidup dan kepunahan lingkungan hidup di bumi dengan cepat ketimbang perubahan evolusi,
baik perubahan iklim maupun bencana alam.
Demikian dikatakan Dr H Fachroel Aziz dalam orasi ilmiah berjudul Evolusi dan Paleontologi Vertebrata Indonesia: Perspektif Perubahan Iklim di Badan Geologi, Bandung, Senin (15/12).
Orasi ini disampaikan ketika Fachroel dinobatkan sebagai profesor riset bidang paleontologi. Dua peneliti lainnya yang dinobatkan sebagai profesor riset adalah Bhakti Hamonangan Harahap Msc (Petrografi) dan Dr Hamdan Zaenal Abidin MAppSc (Geologi dan Geofisika).
Menurut Fachroel, ada tiga penyebab kepunahan. Kepunahan yang disebabkan bencana alam, kepunahan jangka panjang akibat perubahan iklim dan akibat ulah manusia.
Fachroel mengatakan, contoh kepunahan akibat bencana alam adalah punahnya fauna endemik Tangiitalo di Cekungan Soa Flores. Penyebabnya adalah bencana alam letusan gunung api Soa, sekitar 2 juta tahun lalu. Selain itu, juga letusan Gunung api Tambora di Sumbawa tahun 1815 yang memusnahkan etnis Tambora.
Perubahan akibat perubahan iklim berlangsung berangsur. Contohnya, suksesi kehidupan fauna di Jawa. Di antaranya Fauna Satir (sekitar 1.500 tahun lalu) yang didominasi mastodon dan kura-kura besar. Fauna Cisaat- Fauna Trinil (1.200-1.000 tahun) yang didominasi stegodon dan rusa. Fauna Kedungbrubus-Fauna Ngandong (800-200.000 tahun) didominasi gajah (Elephas hysudrindicus), tapir (Tapirus indicus), babi (Sus magrognathus), dan homo erectus solonensis. Setelah itu, ada Fauna Punung (200-25.000 tahun) yang didominasi beruang (Ursus malayanus), kambing (Capricornus sumatraensis), serta manusia modern (Homo sapiens).
Yang terakhir, yang paling memprihatinkan, yaitu kepunahan akibat ulah manusia. Hal itu tecermin pada punahnya fauna di Jawa. Di antaranya harimau, tapir, dan gajah. Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi permukiman dan pertanian adalah penyebab utamanya.
”Hal ini dikhawatirkan terjadi bagi fauna yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Keberadaan mereka terancam seperti di Jawa,”
Ia mengatakan, kepunahan yang disebabkan bencana alam dan perubahan iklim merupakan perubahan evolusi yang berlangsung jutaan tahun dan sangat unik dalam sejarah bumi. Namun, kepunahan akibat ulah manusia menyebabkan dampak cepat dan kehancuran lingkungan hidup yang sangat luas.
Hal ini menandakan, evolusi tidak dapat mengimbangi perubahan drastis akibat ulah manusia. Ditambahkannya, manusia adalah makhluk pembuat bencana dan sekaligus coba mengatasinya. Namun, sering kali tak berhasil dan bahkan gagal dalam usahanya menyelamatkan lingkungan.
”Ini sebuah krisis serius dan harus segera dilihat oleh banyak pihak,”
Demikian dikatakan Dr H Fachroel Aziz dalam orasi ilmiah berjudul Evolusi dan Paleontologi Vertebrata Indonesia: Perspektif Perubahan Iklim di Badan Geologi, Bandung, Senin (15/12).
Orasi ini disampaikan ketika Fachroel dinobatkan sebagai profesor riset bidang paleontologi. Dua peneliti lainnya yang dinobatkan sebagai profesor riset adalah Bhakti Hamonangan Harahap Msc (Petrografi) dan Dr Hamdan Zaenal Abidin MAppSc (Geologi dan Geofisika).
Menurut Fachroel, ada tiga penyebab kepunahan. Kepunahan yang disebabkan bencana alam, kepunahan jangka panjang akibat perubahan iklim dan akibat ulah manusia.
Fachroel mengatakan, contoh kepunahan akibat bencana alam adalah punahnya fauna endemik Tangiitalo di Cekungan Soa Flores. Penyebabnya adalah bencana alam letusan gunung api Soa, sekitar 2 juta tahun lalu. Selain itu, juga letusan Gunung api Tambora di Sumbawa tahun 1815 yang memusnahkan etnis Tambora.
Perubahan akibat perubahan iklim berlangsung berangsur. Contohnya, suksesi kehidupan fauna di Jawa. Di antaranya Fauna Satir (sekitar 1.500 tahun lalu) yang didominasi mastodon dan kura-kura besar. Fauna Cisaat- Fauna Trinil (1.200-1.000 tahun) yang didominasi stegodon dan rusa. Fauna Kedungbrubus-Fauna Ngandong (800-200.000 tahun) didominasi gajah (Elephas hysudrindicus), tapir (Tapirus indicus), babi (Sus magrognathus), dan homo erectus solonensis. Setelah itu, ada Fauna Punung (200-25.000 tahun) yang didominasi beruang (Ursus malayanus), kambing (Capricornus sumatraensis), serta manusia modern (Homo sapiens).
Yang terakhir, yang paling memprihatinkan, yaitu kepunahan akibat ulah manusia. Hal itu tecermin pada punahnya fauna di Jawa. Di antaranya harimau, tapir, dan gajah. Perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi permukiman dan pertanian adalah penyebab utamanya.
”Hal ini dikhawatirkan terjadi bagi fauna yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Keberadaan mereka terancam seperti di Jawa,”
Ia mengatakan, kepunahan yang disebabkan bencana alam dan perubahan iklim merupakan perubahan evolusi yang berlangsung jutaan tahun dan sangat unik dalam sejarah bumi. Namun, kepunahan akibat ulah manusia menyebabkan dampak cepat dan kehancuran lingkungan hidup yang sangat luas.
Hal ini menandakan, evolusi tidak dapat mengimbangi perubahan drastis akibat ulah manusia. Ditambahkannya, manusia adalah makhluk pembuat bencana dan sekaligus coba mengatasinya. Namun, sering kali tak berhasil dan bahkan gagal dalam usahanya menyelamatkan lingkungan.
”Ini sebuah krisis serius dan harus segera dilihat oleh banyak pihak,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar