Rabu, 10 Desember 2008

Kearifan Masyarakat - Selamatkan Lingkungan dengan Perahu Wisata

KOMPAS, Kamis, 11 Desember 2008 (siwi nurbiajanti)
Jawa Tengah - Angin di kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah Kota Tegal berembus kencang, menembus sendi-sendi tulang, Minggu (7/12) sore. Riak-riak kecil mewarnai ketenangan air laut di pantai tersebut. Tiga perahu wisata

yang sarat penumpang melaju perlahan menuju ke pantai. Satu demi satu penumpang turun ke pantai.
Perahu-perahu tersebut milik Paguyuban Pengelolaan Sabuk Hijau. Paguyuban ini merupakan kelompok penyelamat kawasan Pantai Tegal dari ancaman abrasi.
Ketua Paguyuban Penyelamat Lingkungan Kota Tegal Riyanto mengatakan, usaha perahu wisata dimulai sekitar satu tahun lalu. Para pengelola perahu merupakan anggota Paguyuban Pengelolaan Sabuk Hijau, Kelurahan Mintaregan, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, termasuk dia. Mereka terlibat dalam pengelolaan lingkungan sejak 2000. Jumlah anggota paguyuban ini 20 orang.
Usaha tersebut berawal dari keprihatinan terhadap nasib warga yang menjadi sukarelawan penyelamat lingkungan. Mereka membantu menyelamatkan kawasan pantai dari ancaman abrasi, antara lain dengan menanam bakau, tanpa mendapatkan insentif dari pemerintah.
"Waktu ada proyek UNDP sekitar tahun 2005, kami mendapatkan insentif, Rp 16.000 per orang setiap bulan. Namun sejak setahun lalu tidak lagi," katanya.
Padahal, bibit bakau yang sudah ditanam harus dipelihara agar dapat tumbuh sehingga kuat menahan empasan ombak. Oleh karena itu, anggota Paguyuban Pengelolaan Sabuk Hijau Kelurahan Mintaragen bertekad tetap menjaga lingkungan. Selain memelihara tanaman yang ada, mereka juga menanam bibit bakau di pinggir petakan berukuran 3 meter x 100 meter dengan kedalaman 1 meter. Petakan yang berisi air itu dimanfaatkan untuk memelihara ikan nila. Kendala biaya
Riyanto mengatakan, apabila penyelamatan lingkungan tidak dilakukan, kerusakan kawasan pantai akan semakin parah. Selama 10 tahun terakhir, ratusan hektar tambak milik petani hilang, serta sebagian daratan pantai sepanjang 7,5 kilometer di Kota Tegal juga hilang. "Abrasi terus terjadi dan mengancam keberadaan pemukiman di sekitar pantai," ujarnya.
Namun, untuk biaya pemeliharaan dan insentif anggota, mereka terkendala ketersediaan dana. Oleh karena itu, ia berinisiatif menyelenggarakan usaha penyewaan perahu wisata. Riyanto membeli satu unit perahu seharga Rp 27 juta. Ternyata usaha tersebut membuahkan hasil. Ia kemudian menambah satu perahu lagi. Tiga perahu lainnya dari hasil patungan anggota paguyuban lainnya.
Perahu wisata di Pantai Alam Indah hanya beroperasi pada Minggu atau hari libur saat obyek wisata ramai pengunjung. Dengan membayar Rp 5.000 per orang, pengunjung akan dibawa menyusuri pantai sejauh 4 kilometer.
"Rata-rata sehari penghasilan kotor kami Rp 500.000 per kapal. Saat Lebaran bisa mencapai Rp 5 juta per hari," ujarnya.
Setelah dikurangi biaya operasional, sebagian pendapatan yang diperoleh disisihkan untuk kas paguyuban pengelolaan sabuk hijau. "Sisanya, 40 persen untuk pemilik kapal, 60 persen untuk anggota yang menjalankan," ujarnya.
Dari uang yang disisihkan tersebut saat ini terkumpul sekitar Rp 2 juta. Uang ini digunakan untuk membuat tiga unit terumbu karang, serta biaya pengadaan konsumsi saat penanaman atau pemeliharaan pohon bakau.

Tidak ada komentar: