KOMPAS, Jumat, 12 Desember 2008
Pernahkah terpikir oleh Anda merayakan Natal dengan menanam pohon? Jika belum, mulailah dari Natal tahun ini.
Ini yang disarankan dan dilakukan Marandus Sirait, peraih penghargaan Kalpataru dari Desa Sionggang, Lumban Julu, Toba Samosir, untuk kategori Perintis Lingkungan tahun 2005, dan mereka yang cinta lingkungan. Mereka membuat
perayaan natal bertema ”Save the People, Save Lake Toba” dengan menanam pohon. Setiap peserta yang hadir dalam perayaan natal di kawasan konservasi Taman Eden 100 pada Jumat (12/12) menanam satu pohon.
”Sudah bukan saatnya lagi pesta-pesta, tetapi ada tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi,” tutur Marandus, pekan lalu. Marandus punya spiritualitas sendiri dalam merayakan Natal, yaitu bahwa persembahan untuk bayi Yesus penyelamat dunia adalah pohon. Sama dengan Yesus yang diyakini menyelamatkan dunia, manusia juga bisa menyelamatkan dunia dengan menanam pohon.
Salah satu panitia Natal, Sabungan Panggabean, yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kesehatan, mengatakan, dirinya tertarik untuk terlibat menjadi panitia karena ingin melakukan perayaan natal yang berbeda. Panitia sendiri tidak semuanya beragama Kristen, tetapi juga Muslim. Rata-rata panitia mengaku terlibat karena semangat mencintai lingkungan yang ada dalam perayaan ini.
Bagaimana keluarga Marandus bisa mempertahankan tanahnya dan membangunnya menjadi lahan konservasi? Leas Sirait (71), ayah Marandus, mengatakan, tahun 1980 hingga 1990-an banyak pengusaha yang mengincar kayu-kayu hutan yang ada di lahannya. Mereka juga menawar untuk membeli lahannya.
Pensiunan kepala sekolah dasar itu mengaku enggan menjual kayu-kayu dan lahan tersebut meskipun para tetangganya melakukannya.
”Sejak kecil saya suka naik gunung di sini dan tanam pohon, mengapa saya harus jual?” kata Leas.
Leas berprinsip, kalau lahan kering dijual, sulit kembali. Ia tidak mau menjual batang pohon. Leas menghidupi 10 anaknya dari gaji sebagai pegawai negeri sipil dan hasil sawah.
”Sudah bukan saatnya lagi pesta-pesta, tetapi ada tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi,” tutur Marandus, pekan lalu. Marandus punya spiritualitas sendiri dalam merayakan Natal, yaitu bahwa persembahan untuk bayi Yesus penyelamat dunia adalah pohon. Sama dengan Yesus yang diyakini menyelamatkan dunia, manusia juga bisa menyelamatkan dunia dengan menanam pohon.
Salah satu panitia Natal, Sabungan Panggabean, yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kesehatan, mengatakan, dirinya tertarik untuk terlibat menjadi panitia karena ingin melakukan perayaan natal yang berbeda. Panitia sendiri tidak semuanya beragama Kristen, tetapi juga Muslim. Rata-rata panitia mengaku terlibat karena semangat mencintai lingkungan yang ada dalam perayaan ini.
Bagaimana keluarga Marandus bisa mempertahankan tanahnya dan membangunnya menjadi lahan konservasi? Leas Sirait (71), ayah Marandus, mengatakan, tahun 1980 hingga 1990-an banyak pengusaha yang mengincar kayu-kayu hutan yang ada di lahannya. Mereka juga menawar untuk membeli lahannya.
Pensiunan kepala sekolah dasar itu mengaku enggan menjual kayu-kayu dan lahan tersebut meskipun para tetangganya melakukannya.
”Sejak kecil saya suka naik gunung di sini dan tanam pohon, mengapa saya harus jual?” kata Leas.
Leas berprinsip, kalau lahan kering dijual, sulit kembali. Ia tidak mau menjual batang pohon. Leas menghidupi 10 anaknya dari gaji sebagai pegawai negeri sipil dan hasil sawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar