Senin, 22 Desember 2008

Kerusakan Lingkungan - 4.000 Hektar Hutan Mangrove Beralih Fungsi

KOMPAS Selasa, 23 Desember 2008 00:57 WIB
Alih fungsi hutan mangrove di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menyebabkan kerusakan ekologi dan sedimentasi makin tinggi. Luas laguna Segara Anakan tinggal 500 hektar, seperenam luas laguna tahun 1984, seperti pada foto yang diambil Senin pekan lalu.


Cilacap - Sebanyak 4.000 hektar hutan mangrove di Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Hal itu memperparah kerusakan ekologi di kawasan hutan mangrove terluas di Jawa itu.Wakil Administratur Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Barat Hilman Firmansyah, Senin (22/12), mengungkapkan, 4.000 hektar (ha) hutan mangrove yang dialihfungsikan berada di Segara Anakan bagian barat dan masuk di tiga kecamatan, yaitu Patimuan, Gandrungmangu, dan Kawunganten.Hutan mangrove berada di tanah timbul yang terjadi karena sedimentasi di Laguna Segara Anakan. Hutan itu secara administratif di bawah pengelolaan Perhutani. Alih fungsi lahan dilakukan petani sekitar laguna delapan tahun terakhir. ”Akibat alih fungsi hutan mangrove, biota laut semakin habis, abrasi dan erosi di kawasan Segara Anakan kian parah, serta sedimentasi makin besar,” kata Hilman.Berkurangnya hutan mangrove membuat kawasan permukiman dan lahan pertanian di Segara Anakan makin mudah terendam saat air pasang. Akibatnya, instalasi air bersih rusak, sumber air bersih tercemar, lahan pertanian rusak, dan banjir.Alih fungsi lahan itu sempat menimbulkan konflik antara Perhutani dan petani. Sejumlah petani sempat ditahan polisi.Menurut Hilman, untuk mengatasi masalah alih fungsi lahan, KPH Banyumas Barat mulai menanami lahan yang beralih fungsi dengan kayu putih. Tahun 2007, kayu putih ditanam seluas 500 ha dan tahun 2008 seluas 150 ha. Ditargetkan, tahun 2010 seluruh lahan ditanami kayu putih. ”Dengan ditanami kayu putih, secara ekonomi petani dapat merasakan hasilnya dan secara lingkungan fungsi hutan dapat dipertahankan,” katanya.Kepala Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan Supriyanto memaparkan, pada tahun 1974, luas hutan mangrove di laguna ada 15.551 ha, tahun 1978 menjadi 10.975 ha, tahun 1994 menyusut jadi 8.975 ha, dan tahun 2003 tinggal 8.359 ha. Hutan itu diperkirakan terus menyusut.Konversi hutan mangrove antara lain menjadi sawah, tambak, dan permukiman. Kayu mangrove dimanfaatkan untuk bahan bakar.(HAN)

Tidak ada komentar: