Kamis, 05 Maret 2009

Satwa Langka - Warga Selamatkan Dua Pesut Mahakam

KOMPAS, Kamis, 5 Maret 2009 05:24 WIB
Samarinda - Sekitar 200 warga Kampung Pela, Kecamatan Kotabangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, berhasil menyelamatkan dua pesut mahakam (Orcaella brevirostris) yang terperangkap di daerah genangan air mirip danau dekat perkampungan mereka. Dua mamalia langka ini kemudian dikembalikan ke Sungai Pela, anak Sungai Mahakam.


”Yang diselamatkan adalah induk dan anak pesut,” kata Direktur Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Budiono di Samarinda, Rabu (4/3). Induk pesut diperkirakan berusia tujuh tahun, panjang 2 meter, dan bobot 200 kilogram.

Adapun anak pesut diperkirakan berumur tiga tahun, panjang 1,3 meter, dan bobot 130 kilogram. ”Keduanya terperangkap di genangan itu saat banjir sebulan lalu,” kata Saldian (36), warga Kampung Pela, yang dihubungi dari Samarinda, Rabu. Warga menemukan pesut itu Senin (2/3) lalu.

Sering berkeliaran

Sebelumnya, pesut itu diketahui sering berkeliaran di perairan Sungai Mahakam di sekitar Kampung Pela. Untuk ke daerah genangan tersebut, satwa ini lewat semacam saluran yang terhubung dengan Sungai Pela, anak Sungai Mahakam. Saluran sedalam 40 sentimeter itu bisa dilewati kawanan pesut ketika banjir dengan ketinggian 1,5 meter.

Saldian mengatakan, daerah itu menjadi salah satu lokasi pencarian ikan memakai jaring-jaring atau rengge oleh warga setempat. Pesut diketahui berada di sana ketika banyak rengge milik warga yang jebol. ”Setelah kami telusuri ternyata ada pesut, makanya kami hubungi RASI,” kata Saldian.

Budiono mengaku gembira karena seluruh warga kampung yang mencapai sekitar 200 orang terlibat menyelamatkan dua pesut tersebut. Saat ini populasi pesut mahakam diperkirakan 90 ekor.

Pesut juga dijumpai di Kecamatan Muara Pahu pada pertemuan Sungai Kedang Pahu dengan Sungai Mahakam dan di Kecamatan Muara Kaman pada pertemuan Sungai Kedang Rantau dengan Sungai Mahakam.

Budiono mengatakan, gangguan terhadap pesut, antara lain, adalah lalu lalang kapal dan rengge. Suara kapal juga mengganggu sistem sonar untuk mencari ikan dan berkomunikasi dengan pesut lainnya. Jaring nelayan dari nilon tidak bisa dideteksi pesut sehingga pesut sering terperangkap dan akhirnya mati.

Gangguan lainnya terhadap habitat pesut di Sungai Mahakam juga berasal dari pencemaran tambang batu bara. Pencemaran itu menyebabkan pesut tidak bisa hamil.

Di Kecamatan Muara Pahu, warga setempat menganggap penting keberadaan pesut sehingga perlu dilestarikan. Jika tidak ada pesut berkeliaran di sungai-sungai di Muara Pahu, itu bertanda bahwa Sungai Mahakam akan meluap dan banjir sehingga masyarakat bisa mengantisipasi sebelumnya.

Tidak ada komentar: