KOMPAS, Kamis, 23 April 2009 16:18 WIB
JEMBER - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jember memanfaatkan momentum Hari Bumi, Rabu (22/4), untuk menyatakan penolakan terhadap penambangan mangan di Kabupaten Jember.
JEMBER - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jember memanfaatkan momentum Hari Bumi, Rabu (22/4), untuk menyatakan penolakan terhadap penambangan mangan di Kabupaten Jember.
Dalam aksinya mereka mendatangi gedung DPRD Jember dan kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jember.
"Masih segar dalam ingatan kita bencana alam berupa banjir dan tanah longsor telah menimpa masyarakat di Kecamatan Silo (tempat penambangan mangan)," kata koordinator unjuk rasa, Zaenal Mutaqin.
Menurut pengunjuk rasa, eksplorasi dan eksploitasi mangan tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Jember. RTRW untuk kawasan timur yang meliputi Kecamatan Arjasa, Kalisat, Mayang, dan Silo diprioritaskan untuk sektor pendidikan, perumahan, perkebunan, dan pertanian, bukan kawasan eksplorasi dan eksploitasi tambang.
"Topografi daerah tidak memungkinkan untuk kegiatan penambangan di Jember, terutama daerah sekitar hutan yang difungsikan sebagai resapan air," kata Ketua Pengurus Cabang PMII Jember Abdurrahman.
Sementara itu, di Kabupaten Gresik, 200 siswa dan tim School Climate Change SMA Negeri 1 Wringinanom, memperingati Hari Bumi dengan menggelar bakti lingkungan di bantaran Kali Tengah. Mereka menanam 400 pohon produktif, seperti nangka, sukun, mangga, juwet, jambu, sawo, di samping mengamati tingkat pencemaran dan kerusakan sungai serta perubahan fungsi bantaran.
Dengan kegiatan itu, diharapkan bantaran Kali Tengah secara perlahan dapat pulih sebagai kawasan hijau terbuka yang bermanfaat sebagai penyelamat bumi dari ancaman pemanasan global dan menjaga habitat bagi keanekaragaman hayati.
Penghijauan itu juga dinilai dapat memberikan hasil positif bagi warga bantaran sehingga ikut memelihara pohon-pohon yang ditanam. "Kami berharap dengan kegiatan ini bisa menggugah kesadaran pemerintah untuk lebih berperan dalam melakukan pengawasan dan pemeliharaan bantaran kali yang terabaikan," kata Koordinator School Climate Change SMAN 1 Wringinanom, Mega Chrisna
"Masih segar dalam ingatan kita bencana alam berupa banjir dan tanah longsor telah menimpa masyarakat di Kecamatan Silo (tempat penambangan mangan)," kata koordinator unjuk rasa, Zaenal Mutaqin.
Menurut pengunjuk rasa, eksplorasi dan eksploitasi mangan tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Jember. RTRW untuk kawasan timur yang meliputi Kecamatan Arjasa, Kalisat, Mayang, dan Silo diprioritaskan untuk sektor pendidikan, perumahan, perkebunan, dan pertanian, bukan kawasan eksplorasi dan eksploitasi tambang.
"Topografi daerah tidak memungkinkan untuk kegiatan penambangan di Jember, terutama daerah sekitar hutan yang difungsikan sebagai resapan air," kata Ketua Pengurus Cabang PMII Jember Abdurrahman.
Sementara itu, di Kabupaten Gresik, 200 siswa dan tim School Climate Change SMA Negeri 1 Wringinanom, memperingati Hari Bumi dengan menggelar bakti lingkungan di bantaran Kali Tengah. Mereka menanam 400 pohon produktif, seperti nangka, sukun, mangga, juwet, jambu, sawo, di samping mengamati tingkat pencemaran dan kerusakan sungai serta perubahan fungsi bantaran.
Dengan kegiatan itu, diharapkan bantaran Kali Tengah secara perlahan dapat pulih sebagai kawasan hijau terbuka yang bermanfaat sebagai penyelamat bumi dari ancaman pemanasan global dan menjaga habitat bagi keanekaragaman hayati.
Penghijauan itu juga dinilai dapat memberikan hasil positif bagi warga bantaran sehingga ikut memelihara pohon-pohon yang ditanam. "Kami berharap dengan kegiatan ini bisa menggugah kesadaran pemerintah untuk lebih berperan dalam melakukan pengawasan dan pemeliharaan bantaran kali yang terabaikan," kata Koordinator School Climate Change SMAN 1 Wringinanom, Mega Chrisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar