Kamis, 16 April 2009

LINGKUNGAN - Rawa-rawa Terus Ditimbun

KOMPAS, Rabu, 15 April 2009 04:45 WIB
Palembang - Meskipun Kota Palembang sering dilanda banjir karena berkurangnya lahan basah, aktivitas penimbunan rawa-rawa tidak berkurang. Bahkan, penjualan tanah uruk semakin marak.


Perdagangan tanah uruk yang digunakan untuk menimbun rawa-rawa di Palembang dalam sebulan terakhir ini mulai marak kembali. Bahkan, tingginya permintaan memicu kenaikan harga dari Rp 175.000 menjadi Rp 210.000 per mobil truk (lima meter kubik).

”Tanah uruk sekarang ini banyak diperlukan karena warga di kampung-kampung dalam Kota Palembang, terutama di daerah pinggiran, banyak melakukan kegiatan pembangunan rumah,” kata Ali Imron, warga Kelurahan 7 Ulu di Palembang, Selasa (14/4).

Menurut Ali, warga yang akan membangun rumah atau rumah yang sudah ada di atas rawa-rawa memerlukan tanah uruk untuk menimbun lahan. Tujuannya, agar terhindar dari ancaman banjir ketika hujan lebat.

Warga biasanya memerlukan tanah uruk relatif banyak dengan biaya cukup tinggi karena selain biaya membeli tanah, juga harus mengeluarkan uang tambahan atau ongkos angkut dari jalan raya ke permukiman.

Salah seorang buruh pikul, Marno, mengatakan, ongkos angkut tanah uruk bervariasi, tergantung dari jarak dari jalan raya ke permukiman. ”Kalau jaraknya hanya 100-150 meter dari jalan raya, biasanya satu mobil truk tanah uruk ongkos angkutnya kisaran Rp 150.000,” ujarnya.

Meningkatnya aktivitas warga membangun rumah di perkampungan karena harga bahan bangunan dalam sebulan terakhir ini berangsur turun, antara lain semen dan batu bata.

Menurut pedagang penyalur bahan bangunan di kawasan Jalan A Yani, harga semen Baturaja pada kisaran Rp 49.000 per zak atau mengalami penurunan dibandingkan dengan harga pada Maret lalu.

Tidak ada komentar: