KOMPAS, Senin, 6 April 2009 03:47 WIB
Di balik hiruk-pikuk dan pekatnya polusi menyelimuti Ibu Kota, ternyata ada ratusan tempat yang menyejukkan. Mencapai lokasi-lokasi ”hijau” ini pun tidak terlalu susah. Cukup gunakan angkutan umum yang ada, bersepeda, atau ayunkan langkahmu alias bersantai dengan berjalan kaki saja.
Mudahnya mencapai kawasan hijau di Jakarta itu secara tidak langsung diungkapkan oleh selembar Peta Hijau 2009 yang diluncurkan oleh beberapa kelompok pemerhati-pelestari lingkungan dan budaya, Minggu (15/3) di Taman Krida Loka, dekat halte bus transjakarta Polda Metro Jaya.
Beberapa komunitas tersebut adalah Sahabat Museum, Komunitas Historia, Bike to Work, Green Lifestyle, Green Monster Jakarta, Institute for Transportation and Development Policy, dan Bank Dunia.
”Peta Hijau Jakarta hadir untuk memetakan taman kota, museum, gelanggang olahraga, hingga ke restoran yang menyuguhkan makanan sehat, seperti makanan vegetarian. Lokasi-lokasi tersebut layak dikunjungi dan mampu mendorong perubahan gaya hidup lebih ramah lingkungan,” kata Koordinator Peta Hijau Jakarta Nirwono Joga, Senin (16/3).
Nirwono menambahkan, demi menuju Jakarta menjadi kota ramah lingkungan dengan tingkat polusi rendah, untuk menuju ke tempat-tempat ”hijau” itu warga Jakarta diminta meninggalkan kendaraan pribadinya.
Tidak perlu khawatir karena peta hijau yang bisa diunduh secara lengkap di www.greenmap.com ini akan memandu Anda. Dengan peta hijau, amat mudah menemukan angkutan umum massal, seperti bus transjakarta, kereta api, dan angkutan umum lain yang akan mengantar Anda langsung ke lokasi tujuan.
Kendaraan pribadi bisa dititipkan di lokasi parkir di kawasan Ragunan dekat halte bus transjakarta. Jika Ragunan dirasa terlalu jauh, mobil atau sepeda motor bisa dititipkan di lahan parkir milik pemerintah atau pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan stasiun kereta, terminal, atau halte bus transjakarta. Akan lebih baik jika membiasakan berlangganan parkir sehingga bisa menghemat pengeluaran bulanan.
”Sepertinya di awal memang agak repot. Namun, setelah dibiasakan, ternyata menyenangkan. Saya bisa punya cukup waktu untuk beristirahat, bahkan tidur di dalam kereta. Selain itu bisa tetap olahraga dengan rutin bersepeda,” kata Budi Waluyo (33), warga Serpong, Tangerang.
Sudah hampir tiga bulan terakhir, Budi tidak lagi menggunakan sepeda motor gede-nya dari rumahnya di Serpong ke kantornya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Budi kini memilih bersepeda dari rumah ke Stasiun Serpong kemudian menumpang KRL hingga ke Stasiun Sudirman. Dari stasiun ini, ia melanjutkan perjalanan dengan bersepeda ke kantornya. Agar lebih ringkas, ia menggunakan sepeda yang bisa dilipat sehingga mudah dijinjing saat di dalam KRL.
Budi termasuk orang yang cukup bersemangat menyambut hadirnya Peta Hijau Jakarta 2009. Dengan peta itu, ia ingin memulai mengembangkan kebiasaannya bepergian dengan sepeda dan angkutan umum. Tidak hanya sebatas perjalanan rumah-kantor dan sebaliknya, tetapi menjelajah Jakarta. Ia berharap peta hijau Tangerang, Bekasi, dan Banten pun akan segera terbit.
Dari kampung sampai mal
Nirwono menambahkan, peta hijau ini menawarkan beragam tempat yang bisa dikunjungi di Jakarta dan bukan berarti antimal atau pusat perbelanjaan modern. Namun, pemakai peta memang diharapkan bisa melihat sisi lain Jakarta yang tak kalah menarik dan mungkin belum diketahui masyarakat luas.
Ada lebih dari 100 tempat yang layak dikunjungi, yaitu kawasan kampung tradisional, museum, tempat pertunjukan kesenian, tempat pendidikan lingkungan alam, kampung hijau, tempat pembuatan kompos, pusat kerajinan daur ulang sampah anorganik, tempat memperoleh bibit pohon, makanan organik yang sehat, wisata kuliner tradisional, tempat pengamatan burung, bangunan bersejarah, dan lain-lain.
Sekadar memberi contoh, Nirwono Joga, Marco Kusumawijaya, dan beberapa aktivis lingkungan berjalan kaki dari Taman Krida Loka menuju halte bus transjakarta Polda Metro Jaya, Minggu lalu.
Kelompok ini kemudian berhenti di Stasiun Monas. Sedikit berjalan kaki lagi, mereka akhirnya tiba di Museum Prasasti dekat Kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Kalau mau, bisa lanjutkan perjalanan lagi kembali ke Monas atau naik bus transjakarta lagi menuju kawasan Kota Tua di Jakarta Barat.
Penggunaan KRL juga bisa membawa peminat wisata lingkungan dan budaya menjelajah kawasan-kawasan tersebut. Untuk jalur kereta api, tim penyusun peta hijau juga menginformasikan beberapa tempat yang patut dikunjungi, seperti Sanggar Ciliwung di dekat Stasiun KA Jatinegara.
Lokasi-lokasi tersebut adalah alternatif wisata di dalam kota yang mudah dijangkau dan ramah lingkungan, bisa menjadi tempat pendidikan alam, dan dapat menstimulan penduduk kota berperilaku lebih sehat, bersih, dan hijau.
Kehadiran Peta Hijau Jakarta 2009 melengkapi beberapa peta yang sebelumnya telah dibuat, yaitu Peta Hijau Jakarta Kawasan Kemang (2001), Kebayoran Baru (2002), Menteng (2003), dan Kota Tua (2005).
Bank Dunia, yang turut membantu mengeluarkan 5.000 dollar AS sebagai dana pembuatan peta hijau, sepakat bahwa peta tersebut dapat mendorong masyarakat mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Jadi, selamat menikmati Jakarta!
Di balik hiruk-pikuk dan pekatnya polusi menyelimuti Ibu Kota, ternyata ada ratusan tempat yang menyejukkan. Mencapai lokasi-lokasi ”hijau” ini pun tidak terlalu susah. Cukup gunakan angkutan umum yang ada, bersepeda, atau ayunkan langkahmu alias bersantai dengan berjalan kaki saja.
Mudahnya mencapai kawasan hijau di Jakarta itu secara tidak langsung diungkapkan oleh selembar Peta Hijau 2009 yang diluncurkan oleh beberapa kelompok pemerhati-pelestari lingkungan dan budaya, Minggu (15/3) di Taman Krida Loka, dekat halte bus transjakarta Polda Metro Jaya.
Beberapa komunitas tersebut adalah Sahabat Museum, Komunitas Historia, Bike to Work, Green Lifestyle, Green Monster Jakarta, Institute for Transportation and Development Policy, dan Bank Dunia.
”Peta Hijau Jakarta hadir untuk memetakan taman kota, museum, gelanggang olahraga, hingga ke restoran yang menyuguhkan makanan sehat, seperti makanan vegetarian. Lokasi-lokasi tersebut layak dikunjungi dan mampu mendorong perubahan gaya hidup lebih ramah lingkungan,” kata Koordinator Peta Hijau Jakarta Nirwono Joga, Senin (16/3).
Nirwono menambahkan, demi menuju Jakarta menjadi kota ramah lingkungan dengan tingkat polusi rendah, untuk menuju ke tempat-tempat ”hijau” itu warga Jakarta diminta meninggalkan kendaraan pribadinya.
Tidak perlu khawatir karena peta hijau yang bisa diunduh secara lengkap di www.greenmap.com ini akan memandu Anda. Dengan peta hijau, amat mudah menemukan angkutan umum massal, seperti bus transjakarta, kereta api, dan angkutan umum lain yang akan mengantar Anda langsung ke lokasi tujuan.
Kendaraan pribadi bisa dititipkan di lokasi parkir di kawasan Ragunan dekat halte bus transjakarta. Jika Ragunan dirasa terlalu jauh, mobil atau sepeda motor bisa dititipkan di lahan parkir milik pemerintah atau pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan stasiun kereta, terminal, atau halte bus transjakarta. Akan lebih baik jika membiasakan berlangganan parkir sehingga bisa menghemat pengeluaran bulanan.
”Sepertinya di awal memang agak repot. Namun, setelah dibiasakan, ternyata menyenangkan. Saya bisa punya cukup waktu untuk beristirahat, bahkan tidur di dalam kereta. Selain itu bisa tetap olahraga dengan rutin bersepeda,” kata Budi Waluyo (33), warga Serpong, Tangerang.
Sudah hampir tiga bulan terakhir, Budi tidak lagi menggunakan sepeda motor gede-nya dari rumahnya di Serpong ke kantornya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Budi kini memilih bersepeda dari rumah ke Stasiun Serpong kemudian menumpang KRL hingga ke Stasiun Sudirman. Dari stasiun ini, ia melanjutkan perjalanan dengan bersepeda ke kantornya. Agar lebih ringkas, ia menggunakan sepeda yang bisa dilipat sehingga mudah dijinjing saat di dalam KRL.
Budi termasuk orang yang cukup bersemangat menyambut hadirnya Peta Hijau Jakarta 2009. Dengan peta itu, ia ingin memulai mengembangkan kebiasaannya bepergian dengan sepeda dan angkutan umum. Tidak hanya sebatas perjalanan rumah-kantor dan sebaliknya, tetapi menjelajah Jakarta. Ia berharap peta hijau Tangerang, Bekasi, dan Banten pun akan segera terbit.
Dari kampung sampai mal
Nirwono menambahkan, peta hijau ini menawarkan beragam tempat yang bisa dikunjungi di Jakarta dan bukan berarti antimal atau pusat perbelanjaan modern. Namun, pemakai peta memang diharapkan bisa melihat sisi lain Jakarta yang tak kalah menarik dan mungkin belum diketahui masyarakat luas.
Ada lebih dari 100 tempat yang layak dikunjungi, yaitu kawasan kampung tradisional, museum, tempat pertunjukan kesenian, tempat pendidikan lingkungan alam, kampung hijau, tempat pembuatan kompos, pusat kerajinan daur ulang sampah anorganik, tempat memperoleh bibit pohon, makanan organik yang sehat, wisata kuliner tradisional, tempat pengamatan burung, bangunan bersejarah, dan lain-lain.
Sekadar memberi contoh, Nirwono Joga, Marco Kusumawijaya, dan beberapa aktivis lingkungan berjalan kaki dari Taman Krida Loka menuju halte bus transjakarta Polda Metro Jaya, Minggu lalu.
Kelompok ini kemudian berhenti di Stasiun Monas. Sedikit berjalan kaki lagi, mereka akhirnya tiba di Museum Prasasti dekat Kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Kalau mau, bisa lanjutkan perjalanan lagi kembali ke Monas atau naik bus transjakarta lagi menuju kawasan Kota Tua di Jakarta Barat.
Penggunaan KRL juga bisa membawa peminat wisata lingkungan dan budaya menjelajah kawasan-kawasan tersebut. Untuk jalur kereta api, tim penyusun peta hijau juga menginformasikan beberapa tempat yang patut dikunjungi, seperti Sanggar Ciliwung di dekat Stasiun KA Jatinegara.
Lokasi-lokasi tersebut adalah alternatif wisata di dalam kota yang mudah dijangkau dan ramah lingkungan, bisa menjadi tempat pendidikan alam, dan dapat menstimulan penduduk kota berperilaku lebih sehat, bersih, dan hijau.
Kehadiran Peta Hijau Jakarta 2009 melengkapi beberapa peta yang sebelumnya telah dibuat, yaitu Peta Hijau Jakarta Kawasan Kemang (2001), Kebayoran Baru (2002), Menteng (2003), dan Kota Tua (2005).
Bank Dunia, yang turut membantu mengeluarkan 5.000 dollar AS sebagai dana pembuatan peta hijau, sepakat bahwa peta tersebut dapat mendorong masyarakat mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Jadi, selamat menikmati Jakarta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar