Selasa, 21 April 2009

Nuklir untuk Pelapisan Ramah Lingkungan

KOMPAS, Selasa, 21 April 2009 03:29 WIB
Jakarta - Teknologi nuklir yang menghasilkan radiasi berkas elektron dan sinar ultraviolet dapat menggantikan teknik pelapisan produk industri yang tidak ramah lingkungan. Teknik pelapisan yang dilakukan selama ini masih menggunakan bahan kimia tidak ramah lingkungan.

Produk industri yang dilapis antara lain bahan bangunan, mebel, otomotif, barang kerajinan, dan peralatan rumah tangga.

Demikian dikemukakan Sugiarto Danu (60), ahli bidang polimerisasi radiasi nuklir, dalam orasi pengukuhan sebagai profesor riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Senin (20/4) di Jakarta.

Bersama Sugiarto, Surian Pinem (52) dan Sigit (57) dikukuhkan pula sebagai profesor riset dalam bidang fisika reaktor nuklir dan teknik kimia pada institusi Batan. Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie bertindak sebagai Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset.

”Pelapisan dengan radiasi menghasilkan permukaan dengan kehalusan dan kilap tinggi, prosesnya hemat energi, tanpa pelarut sehingga emisi sangat rendah,” kata Sugiarto. Berbeda dengan pelapisan konvensional yang menggunakan pelarut (thinner) yang mudah menguap itu akan merusak lingkungan. Namun, pengembangan teknologi nuklir untuk radiasi pelapisan produk industri ini belum dikembangkan dengan baik di Indonesia.

”Di Indonesia teknik pelapisan dengan radiasi ini tidak dikembangkan karena aspek ekonomi biaya produksi masih relatif tinggi,” kata Sugiarto yang mengambil judul orasi pengukuhan ”Status dan Perkembangan Aplikasi Teknologi Radiasi untuk Pelapisan Permukaan Berbagai Produk Industri di Indonesia”.

Surian Pinem dalam orasi berjudul ”Litbang Manajemen Teras dan Fisika Reaktor RSG-GAD untuk Mendukung PLTN Pertama di Indonesia” menguraikan, hal reaktor terbesar yaitu reaktor serba guna GA Siwabessy yang berada di Serpong, Tangerang, Banten. Reaktor nuklir dengan daya 30 megawatt (thermal) ini dianggap memberikan pengalaman paling penting untuk mendukung pembentukan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.

Sigit dalam orasi ”Proses kering Daur Ulang Bahan bakar Nuklir dan Prospeknya di Indonesia” lebih menekankan pentingnya penguasaan teknik daur ulang bahan bakar nuklir sebelum memutuskan pembuatan PLTN pertama di Indonesia.

”Daur ulang bahan bakar nuklir adalah suatu proses menggunakan kembali uranium dan plutonium yang diperoleh dari pemulihan bahan bakar bekas ke dalam reaktor nuklir sebagai tambahan produksi energi,” ujar Sigit.

1 komentar:

cixcixsiijorikh mengatakan...

apabila barang - barang rumah tangga di lapisi nuklir, apakah bisa membuat radiasi pada kulit ?