KOMPAS, Selasa, 28 April 2009 14:57 WIB
Yogyakarta - Bisnis mebel yang dibuat dengan konsep ramah lingkungan bisa meningkatkan pendapatan pelaku usaha.
Yogyakarta - Bisnis mebel yang dibuat dengan konsep ramah lingkungan bisa meningkatkan pendapatan pelaku usaha.
Untuk memperluas industri mebel ramah lingkungan itu, USAid meluncurkan modul yang bisa menjadi panduan bagi pelaku usaha.
"Dengan modul ini, kami berusaha membantu para pelaku usaha agar bisa menghasilkan produk yang berkelanjutan dan juga ramah lingkungan," ujar Steve Smith, Direktur Proyek Senada, Senin (27/4). Senada adalah nama proyek USAid yang mengurusi masalah bisnis mebel ramah lingkungan di Indonesia.
Sejumlah kriteria produk ramah lingkungan adalah produk yang tidak menggunakan bahan beracun, produk dibuat dari bahan baku yang terbaharui, dan produksi yang berkelanjutan. Nilai tambah produk ramah lingkungan berkisar 10-12 persen dibandingkan dengan produk biasa. Nilai Plus
Modul yang diluncurkan USAid ini merangkum dua hal, antara lain serba-serbi produksi berkelanjutan dan sertifikasi kayu legal.
Konsultan Senada, Ted Barber, mengatakan, produk-produk yang dihasilkan dengan memerhatikan kelestarian lingkungan mempunyai nilai plus di mata konsumen internasional. Apalagi, kesadaran atas kelestarian lingkungan semakin meningkat akhir-akhir ini.
Produk yang dibuat dengan memerhatikan kelestarian lingkungan akan mendapatkan sertifikat dari sejumlah badan sertifikasi produk. Konsumen yang mempunyai kesadaran lingkungan bersedia membeli produk ramah lingkungan dengan harga yang sedikit lebih mahal daripada produk biasa.
Jajak Suryo Putro, pimpinan perusahaan mebel Djawa, mengakui, prospek industri ramah lingkungan masih terbuka lebar. "Dulu, peminat industri ramah lingkungan hanya berasal dari luar Indonesia. Sejak dua tahun terakhir, pasar domestik mulai terbuka walaupun belum besar. Ini merupakan prospek yang bisa digarap oleh perajin mebel," katanya.
"Dengan modul ini, kami berusaha membantu para pelaku usaha agar bisa menghasilkan produk yang berkelanjutan dan juga ramah lingkungan," ujar Steve Smith, Direktur Proyek Senada, Senin (27/4). Senada adalah nama proyek USAid yang mengurusi masalah bisnis mebel ramah lingkungan di Indonesia.
Sejumlah kriteria produk ramah lingkungan adalah produk yang tidak menggunakan bahan beracun, produk dibuat dari bahan baku yang terbaharui, dan produksi yang berkelanjutan. Nilai tambah produk ramah lingkungan berkisar 10-12 persen dibandingkan dengan produk biasa. Nilai Plus
Modul yang diluncurkan USAid ini merangkum dua hal, antara lain serba-serbi produksi berkelanjutan dan sertifikasi kayu legal.
Konsultan Senada, Ted Barber, mengatakan, produk-produk yang dihasilkan dengan memerhatikan kelestarian lingkungan mempunyai nilai plus di mata konsumen internasional. Apalagi, kesadaran atas kelestarian lingkungan semakin meningkat akhir-akhir ini.
Produk yang dibuat dengan memerhatikan kelestarian lingkungan akan mendapatkan sertifikat dari sejumlah badan sertifikasi produk. Konsumen yang mempunyai kesadaran lingkungan bersedia membeli produk ramah lingkungan dengan harga yang sedikit lebih mahal daripada produk biasa.
Jajak Suryo Putro, pimpinan perusahaan mebel Djawa, mengakui, prospek industri ramah lingkungan masih terbuka lebar. "Dulu, peminat industri ramah lingkungan hanya berasal dari luar Indonesia. Sejak dua tahun terakhir, pasar domestik mulai terbuka walaupun belum besar. Ini merupakan prospek yang bisa digarap oleh perajin mebel," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar