KOMPAS, Kamis, 12 Februari 2009 01:16 WIB
Jakarta - Teknologi pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dari kelautan yang tergolong sebagai inovasi paling baru dari Jepang mulai dijajaki di Indonesia. Teknologi itu memanfaatkan beda suhu laut untuk menggerakkan sistem kerja fluida penggerak turbin yang sedang dikaji kelayakan operasionalnya di Mamuju, Sulawesi Barat.
”Teknologi itu dikembangkan The Institute of Ocean Energy Saga University (IOES) di Jepang yang bisa menciptakan peluang besar untuk pembangkit listrik di wilayah kepulauan seperti di Indonesia, tanpa menghasilkan emisi yang berdampak pada efek rumah kaca,” kata Kamaruddin Abdullah, anggota Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan (METI) Bidang Surya Termal, Rabu (11/2) di Jakarta.
Rektor Universitas Darma Persada ini juga menjelaskan, beda suhu laut yang dibutuhkan hanya 15 derajat celsius antara permukaan dan bagian kedalaman laut yang berkisar 500 meter sampai 1.500 meter. Dengan suhu permukaan laut yang relatif konstan di wilayah tropis setinggi 24 derajat celsius itu dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sistem fluida kerja dari amoniak cair.
Pada suhu 24 derajat celsius itu, amoniak cair akan mendidih dan menghasilkan tekanan yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Rangkaian teknologi ini kemudian dikenal sebagai OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
Secara terpisah, Yasser Rahman selaku pihak swasta yang akan mengembangkan teknologi OTEC di Mamuju menyatakan, kapasitas produksi listrik yang direncanakan mencapai 100 megawatt. ”Produk utamanya nanti bukan listrik, tetapi hidrogen. Sekarang masih dalam proses studi kelayakan,” kata Yasser.
Menurut dia, Mamuju berada di Selat Makassar yang memiliki jalur perairan internasional. Sasaran produksi hidrogen mengantisipasi kebutuhan sumber energi ramah lingkungan di masa mendatang dengan teknologi fuel cell atau sel bahan bakar yang menghasilkan air murni. (NAW)
Jakarta - Teknologi pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dari kelautan yang tergolong sebagai inovasi paling baru dari Jepang mulai dijajaki di Indonesia. Teknologi itu memanfaatkan beda suhu laut untuk menggerakkan sistem kerja fluida penggerak turbin yang sedang dikaji kelayakan operasionalnya di Mamuju, Sulawesi Barat.
”Teknologi itu dikembangkan The Institute of Ocean Energy Saga University (IOES) di Jepang yang bisa menciptakan peluang besar untuk pembangkit listrik di wilayah kepulauan seperti di Indonesia, tanpa menghasilkan emisi yang berdampak pada efek rumah kaca,” kata Kamaruddin Abdullah, anggota Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan (METI) Bidang Surya Termal, Rabu (11/2) di Jakarta.
Rektor Universitas Darma Persada ini juga menjelaskan, beda suhu laut yang dibutuhkan hanya 15 derajat celsius antara permukaan dan bagian kedalaman laut yang berkisar 500 meter sampai 1.500 meter. Dengan suhu permukaan laut yang relatif konstan di wilayah tropis setinggi 24 derajat celsius itu dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sistem fluida kerja dari amoniak cair.
Pada suhu 24 derajat celsius itu, amoniak cair akan mendidih dan menghasilkan tekanan yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Rangkaian teknologi ini kemudian dikenal sebagai OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
Secara terpisah, Yasser Rahman selaku pihak swasta yang akan mengembangkan teknologi OTEC di Mamuju menyatakan, kapasitas produksi listrik yang direncanakan mencapai 100 megawatt. ”Produk utamanya nanti bukan listrik, tetapi hidrogen. Sekarang masih dalam proses studi kelayakan,” kata Yasser.
Menurut dia, Mamuju berada di Selat Makassar yang memiliki jalur perairan internasional. Sasaran produksi hidrogen mengantisipasi kebutuhan sumber energi ramah lingkungan di masa mendatang dengan teknologi fuel cell atau sel bahan bakar yang menghasilkan air murni. (NAW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar