Senin, 23 Februari 2009 00:55 WIB
Palangkaraya, Kompas - Sedikitnya 100 bendungan kayu sudah dibangun untuk menutup kanal-kanal lahan gambut di kawasan Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Pembendungan kanal dilakukan untuk menyelamatkan sekitar 66.000 lahan kritis dari kebakaran lahan di taman nasional seluas 568.700 hektar tersebut.
Bendungan kayu atau yang biasa disebut tabat dibuat Balai TN Sebangau bekerja sama dengan World Wide Fund for Nature dan Universitas Palangkaraya, yang tergabung dalam konsorsium Central Kalimantan Peatland Project. Pembangunan kanal juga melibatkan warga sekitar, yang tergabung dalam forum masyarakat TN Sebangau.
”Dengan dibendung, permukaan air tanah di sekitar kanal menjadi naik sehingga tercipta kelembaban tanah. Lingkungan yang lembab cocok ditumbuhi vegetasi, sekaligus terhindar dari bahaya kebakaran lahan,” kata Kepala Balai TN Sebangau Drasospolino saat dihubungi di Palangkaraya, Minggu (22/2).
Dia mengatakan, sebelumnya TN Sebangau adalah hutan produksi dan area kerja pemegang hak pengusahaan hutan. Tahun 1995-1996 konsesi HPH di Sebangau berakhir dan tidak dikelola hingga tahun 2004. Selama itu marak penebangan liar dan penggalian kanal. Kanal-kanal itu menguras air di kawasan gambut sehingga menjadi kering dan mudah terbakar saat kemarau. Kanal-kanal itulah yang kemudian dibendung dengan menggunakan jajaran kayu yang dilapisi dengan karung-karung berisi tanah.
Pada Sabtu lalu, kebakaran lahan bermunculan di sekitar Bandara Supadio Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Pemantauan dari udara menunjukkan, puluhan titik api dan kepulan asap ke udara terlihat di lahan pertanian di sekitar bandara. (CAS/FUL)
Palangkaraya, Kompas - Sedikitnya 100 bendungan kayu sudah dibangun untuk menutup kanal-kanal lahan gambut di kawasan Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Pembendungan kanal dilakukan untuk menyelamatkan sekitar 66.000 lahan kritis dari kebakaran lahan di taman nasional seluas 568.700 hektar tersebut.
Bendungan kayu atau yang biasa disebut tabat dibuat Balai TN Sebangau bekerja sama dengan World Wide Fund for Nature dan Universitas Palangkaraya, yang tergabung dalam konsorsium Central Kalimantan Peatland Project. Pembangunan kanal juga melibatkan warga sekitar, yang tergabung dalam forum masyarakat TN Sebangau.
”Dengan dibendung, permukaan air tanah di sekitar kanal menjadi naik sehingga tercipta kelembaban tanah. Lingkungan yang lembab cocok ditumbuhi vegetasi, sekaligus terhindar dari bahaya kebakaran lahan,” kata Kepala Balai TN Sebangau Drasospolino saat dihubungi di Palangkaraya, Minggu (22/2).
Dia mengatakan, sebelumnya TN Sebangau adalah hutan produksi dan area kerja pemegang hak pengusahaan hutan. Tahun 1995-1996 konsesi HPH di Sebangau berakhir dan tidak dikelola hingga tahun 2004. Selama itu marak penebangan liar dan penggalian kanal. Kanal-kanal itu menguras air di kawasan gambut sehingga menjadi kering dan mudah terbakar saat kemarau. Kanal-kanal itulah yang kemudian dibendung dengan menggunakan jajaran kayu yang dilapisi dengan karung-karung berisi tanah.
Pada Sabtu lalu, kebakaran lahan bermunculan di sekitar Bandara Supadio Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Pemantauan dari udara menunjukkan, puluhan titik api dan kepulan asap ke udara terlihat di lahan pertanian di sekitar bandara. (CAS/FUL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar