KOMPAS, Sabtu, 28 Februari 2009 00:58 WIB
Pekanbaru - Menteri Kehutanan MS Kaban minta Kepolisian Daerah Riau mengusut kematian empat ekor harimau di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Warga tidak boleh membalas dendam dengan membunuh hewan langka itu meski rugi akibat ternak mati dimangsa harimau.
”Harimau memiliki habitat yang jelas. Masyarakat yang mendesak keberadaan hewan itu dengan berbagai alasan. Saya meminta Polri menghukum warga yang menjerat harimau,” ujar Kaban di Pekanbaru, Jumat (27/2).
Dua pekan terakhir empat ekor harimau mati dijerat warga di Kecamatan Pelangiran dan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir. Di Pelangiran, dua harimau dibunuh karena makan ternak warga. Di Gaung, harimau mati dijerat setelah menyerang penjaga kebun, Toni dan Mamat.
Menurut Kaban, warga yang di pinggiran hutan semestinya sadar bahwa areal permukiman mereka merupakan daerah lintasan harimau. Harimau yang keluar dari hutan pasti dipicu oleh kondisi ketiadaan makanan.
”Kalau ada harimau makan ternak, semestinya diberitahukan kepada petugas kehutanan,” kata Kaban. Ia menyatakan, kehutanan di Riau bermasalah akibat belum ada rencana tata ruang dan wilayah yang jelas.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Walhi Riau Johny Setiawan Mundung mengatakan, kematian empat ekor harimau selama dua pekan menunjukkan ketidakmampuan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengantisipasi konflik harimau dan manusia.
”BBKSDA Riau memiliki peta penyebaran harimau. Semestinya disosialisasikan ke masyarakat bahwa permukiman mereka berada di lintasan harimau sehingga ada aturan main yang jelas kalau terjadi konflik,” kata Mundung.
Di Aceh, dalam dua tahun terakhir, sedikitnya delapan orang tewas diterkam harimau saat berada di kebun di tepi hutan. Oleh karena itu, masyarakat membunuh harimau. Tidak sedikit pula harimau yang dipelihara warga atau instansi.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Yayasan Leuser Internasional (YLI) Chik Rini, di Banda Aceh, Jumat. Sebagian besar konflik manusia dengan harimau terjadi di Aceh Selatan dan pantai barat Aceh. Di pantai timur, yang terjadi adalah konflik manusia dengan gajah. ”Kerusakan hutan dan pembukaan lahan perkebunan yang tidak aktif selama masa konflik menjadi salah satu penyebabnya,” kata Rini.
Dalam dua bulan terakhir, dua kali harimau turun ke permukiman warga dan memangsa ternak di Trumon, Aceh Selatan. Warga yang mencoba melepas harimau dari perangkap babi digigit oleh harimau itu.
Berdasarkan catatan YLI, sembilan harimau mati. Dua harimau lain saat ini berada di tangan warga Keude Bakongan dan salah satu instalasi militer di wilayah Aceh Selatan. (SAH/MHD)
Pekanbaru - Menteri Kehutanan MS Kaban minta Kepolisian Daerah Riau mengusut kematian empat ekor harimau di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Warga tidak boleh membalas dendam dengan membunuh hewan langka itu meski rugi akibat ternak mati dimangsa harimau.
”Harimau memiliki habitat yang jelas. Masyarakat yang mendesak keberadaan hewan itu dengan berbagai alasan. Saya meminta Polri menghukum warga yang menjerat harimau,” ujar Kaban di Pekanbaru, Jumat (27/2).
Dua pekan terakhir empat ekor harimau mati dijerat warga di Kecamatan Pelangiran dan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir. Di Pelangiran, dua harimau dibunuh karena makan ternak warga. Di Gaung, harimau mati dijerat setelah menyerang penjaga kebun, Toni dan Mamat.
Menurut Kaban, warga yang di pinggiran hutan semestinya sadar bahwa areal permukiman mereka merupakan daerah lintasan harimau. Harimau yang keluar dari hutan pasti dipicu oleh kondisi ketiadaan makanan.
”Kalau ada harimau makan ternak, semestinya diberitahukan kepada petugas kehutanan,” kata Kaban. Ia menyatakan, kehutanan di Riau bermasalah akibat belum ada rencana tata ruang dan wilayah yang jelas.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Walhi Riau Johny Setiawan Mundung mengatakan, kematian empat ekor harimau selama dua pekan menunjukkan ketidakmampuan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengantisipasi konflik harimau dan manusia.
”BBKSDA Riau memiliki peta penyebaran harimau. Semestinya disosialisasikan ke masyarakat bahwa permukiman mereka berada di lintasan harimau sehingga ada aturan main yang jelas kalau terjadi konflik,” kata Mundung.
Di Aceh, dalam dua tahun terakhir, sedikitnya delapan orang tewas diterkam harimau saat berada di kebun di tepi hutan. Oleh karena itu, masyarakat membunuh harimau. Tidak sedikit pula harimau yang dipelihara warga atau instansi.
Hal itu diungkapkan Juru Bicara Yayasan Leuser Internasional (YLI) Chik Rini, di Banda Aceh, Jumat. Sebagian besar konflik manusia dengan harimau terjadi di Aceh Selatan dan pantai barat Aceh. Di pantai timur, yang terjadi adalah konflik manusia dengan gajah. ”Kerusakan hutan dan pembukaan lahan perkebunan yang tidak aktif selama masa konflik menjadi salah satu penyebabnya,” kata Rini.
Dalam dua bulan terakhir, dua kali harimau turun ke permukiman warga dan memangsa ternak di Trumon, Aceh Selatan. Warga yang mencoba melepas harimau dari perangkap babi digigit oleh harimau itu.
Berdasarkan catatan YLI, sembilan harimau mati. Dua harimau lain saat ini berada di tangan warga Keude Bakongan dan salah satu instalasi militer di wilayah Aceh Selatan. (SAH/MHD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar