KOMPAS, Kamis, 5 Februari 2009 01:01 WIB
Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Indonesia terindikasi kuat disengaja. Titik api di tengah kelembaban lahan yang tinggi di tengah musim hujan normalnya sulit terjadi.
Periode 1-28 Januari 2009 terdeteksi 1.205 titik panas di seluruh Indonesia. Sebagian besar titik api berada di Riau, 937 titik api atau 77,76 persen. ”Ada indikasi kuat penyebabnya praktik pembakaran lahan,” kata Forest Fire Coordinator WWF-Indonesia Dedi Hariri dalam keterangan khusus yang dikirim melalui surat elektronik, Rabu (4/2).
Indikasi kesengajaan membakar lahan juga diungkapkan Deputi V Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Penataan Lingkungan Ilyas Asaad. Pekan lalu, sejumlah anggota staf Kantor Menneg LH berada di Riau melihat kondisi lapangan. ”Ada indikasi kesengajaan perusahaan selain perorangan. Kami terus selidiki itu,” ujarnya.
Menurut Deni, fakta jumlah titik api pada Januari 2009 menjadi fenomena buruk. Tahun 2008, jumlah titik api di Indonesia berkurang hingga 79,20 persen dari patokan tahun 2006. Kondisi itu melampaui target 50 persen antara 2007 dan 2009.
Selama pembakaran lahan tak ditangani serius, ujarnya, kebakaran lahan dan hutan akan selalu terjadi setiap tahun.
Ilyas mengatakan, Kantor Menneg LH sedang mempertimbangkan tuntutan hukum bagi perusahaan yang terindikasi sengaja membakar. Ia yakin, melalui keseriusan pemerintah menuntut secara hukum pelanggaran lingkungan, efek jera akan didapat.
Berdasar data satelit NOAA-18 yang dikutip WWF-Indonesia, selain di Riau, titik api juga terdeteksi di Lampung, Sumsel, Sumbar, dan Kalbar. Berdasar data harian, jumlah titik api tertinggi terjadi pada 19-22 Januari, 209 titik. Titik api juga terdeteksi di Malaysia dan Timor Leste. (*/GSA)
Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Indonesia terindikasi kuat disengaja. Titik api di tengah kelembaban lahan yang tinggi di tengah musim hujan normalnya sulit terjadi.
Periode 1-28 Januari 2009 terdeteksi 1.205 titik panas di seluruh Indonesia. Sebagian besar titik api berada di Riau, 937 titik api atau 77,76 persen. ”Ada indikasi kuat penyebabnya praktik pembakaran lahan,” kata Forest Fire Coordinator WWF-Indonesia Dedi Hariri dalam keterangan khusus yang dikirim melalui surat elektronik, Rabu (4/2).
Indikasi kesengajaan membakar lahan juga diungkapkan Deputi V Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Penataan Lingkungan Ilyas Asaad. Pekan lalu, sejumlah anggota staf Kantor Menneg LH berada di Riau melihat kondisi lapangan. ”Ada indikasi kesengajaan perusahaan selain perorangan. Kami terus selidiki itu,” ujarnya.
Menurut Deni, fakta jumlah titik api pada Januari 2009 menjadi fenomena buruk. Tahun 2008, jumlah titik api di Indonesia berkurang hingga 79,20 persen dari patokan tahun 2006. Kondisi itu melampaui target 50 persen antara 2007 dan 2009.
Selama pembakaran lahan tak ditangani serius, ujarnya, kebakaran lahan dan hutan akan selalu terjadi setiap tahun.
Ilyas mengatakan, Kantor Menneg LH sedang mempertimbangkan tuntutan hukum bagi perusahaan yang terindikasi sengaja membakar. Ia yakin, melalui keseriusan pemerintah menuntut secara hukum pelanggaran lingkungan, efek jera akan didapat.
Berdasar data satelit NOAA-18 yang dikutip WWF-Indonesia, selain di Riau, titik api juga terdeteksi di Lampung, Sumsel, Sumbar, dan Kalbar. Berdasar data harian, jumlah titik api tertinggi terjadi pada 19-22 Januari, 209 titik. Titik api juga terdeteksi di Malaysia dan Timor Leste. (*/GSA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar