KOMPAS, Rabu, 4 Februari 2009 01:14 WIB
Jakarta - Sebanyak tujuh pendaki Gunung Salak, Jawa Barat, yang dikabarkan hilang sejak Minggu lalu, ditemukan selamat bertahan hidup dengan memakan tumbuhan hutan. Mereka dievakuasi Selasa (3/2) siang dari Shelter V di ketinggian 300 meter dari permukaan laut di kaki Gunung Salak.
”Waktu ditemukan pukul 11.17, mereka berada di shelter dalam keadaan sehat. Mereka sedang makan tumbuh-tumbuhan hutan saat tim penyelamat tiba. Logistik memang sudah habis, tetapi mereka dilatih untuk bertahan hidup di alam bebas,” kata Dyte, anggota tim SAR Universitas Yarsi, Jakarta.
Menurut Dyte, tidak ada pendaki yang mengalami hypothermia (kehilangan suhu tubuh). Kondisi fisik mereka dinilai sekitar 90 persen fit. Para pendaki yang terdiri dari enam mahasiswa dan seorang alumnus Universitas Yarsi itu langsung dievakuasi ke Cimelati, Kecamatan Cicurug, Sukabumi.
Mereka tiba di posko evakuasi pukul 14.00. Dari tujuh pendaki, hanya Trias Mujahid (22) yang ditemukan lemas. Pendaki lain, yakni M Sofyan (22), Dhimas Hartanto (18), Hengky Erlangga (23), Tugas Mahardika (20), Reza Setya Hanggara (22), dan Rezki (18), dalam keadaan segar bugar.
Karena panik
Pendakian yang dimulai Sabtu lalu itu dipimpin oleh Hengky. Hengky menuturkan, Trias yang baru pertama kali mendaki memutuskan naik sendirian sampai ke Puncak I Gunung Salak setelah mereka sampai di tengah perjalanan. Ketika Trias sampai di puncak, terjadi hujan badai dan kabut tebal.
”Trias panik dengan kondisi itu sehingga langsung berkirim pesan mengenai kondisi di Gunung Salak pada pukul 16.00,” kata Hengky.
Sementara itu, Eko Susetyo, orangtua Reza Setya Anggara, yang ditemui di perumahan Jatibening Estate, Pondok Gede, Kota Bekasi, bersyukur setelah mengetahui Reza dan enam rekannya selamat. ”Alhamdulillah, mereka semua sudah ditemukan. Mereka lengkap,” kata Eko.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bambang Supriyanto mengatakan, para pendaki itu tidak mengantongi izin karena Cimelati bukan jalur pendakian resmi. Jalur hanya melalui Cidahu, Sukabumi, dan Gunung Bunder, Bogor.
Hingga 31 Maret, Gunung Salak masih ditutup untuk pendakian guna pemulihan ekosistem, cuaca buruk, dan ada peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengenai ada semburan gas beracun di Kawah Ratu. (AHA/COK/ONG)
Jakarta - Sebanyak tujuh pendaki Gunung Salak, Jawa Barat, yang dikabarkan hilang sejak Minggu lalu, ditemukan selamat bertahan hidup dengan memakan tumbuhan hutan. Mereka dievakuasi Selasa (3/2) siang dari Shelter V di ketinggian 300 meter dari permukaan laut di kaki Gunung Salak.
”Waktu ditemukan pukul 11.17, mereka berada di shelter dalam keadaan sehat. Mereka sedang makan tumbuh-tumbuhan hutan saat tim penyelamat tiba. Logistik memang sudah habis, tetapi mereka dilatih untuk bertahan hidup di alam bebas,” kata Dyte, anggota tim SAR Universitas Yarsi, Jakarta.
Menurut Dyte, tidak ada pendaki yang mengalami hypothermia (kehilangan suhu tubuh). Kondisi fisik mereka dinilai sekitar 90 persen fit. Para pendaki yang terdiri dari enam mahasiswa dan seorang alumnus Universitas Yarsi itu langsung dievakuasi ke Cimelati, Kecamatan Cicurug, Sukabumi.
Mereka tiba di posko evakuasi pukul 14.00. Dari tujuh pendaki, hanya Trias Mujahid (22) yang ditemukan lemas. Pendaki lain, yakni M Sofyan (22), Dhimas Hartanto (18), Hengky Erlangga (23), Tugas Mahardika (20), Reza Setya Hanggara (22), dan Rezki (18), dalam keadaan segar bugar.
Karena panik
Pendakian yang dimulai Sabtu lalu itu dipimpin oleh Hengky. Hengky menuturkan, Trias yang baru pertama kali mendaki memutuskan naik sendirian sampai ke Puncak I Gunung Salak setelah mereka sampai di tengah perjalanan. Ketika Trias sampai di puncak, terjadi hujan badai dan kabut tebal.
”Trias panik dengan kondisi itu sehingga langsung berkirim pesan mengenai kondisi di Gunung Salak pada pukul 16.00,” kata Hengky.
Sementara itu, Eko Susetyo, orangtua Reza Setya Anggara, yang ditemui di perumahan Jatibening Estate, Pondok Gede, Kota Bekasi, bersyukur setelah mengetahui Reza dan enam rekannya selamat. ”Alhamdulillah, mereka semua sudah ditemukan. Mereka lengkap,” kata Eko.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bambang Supriyanto mengatakan, para pendaki itu tidak mengantongi izin karena Cimelati bukan jalur pendakian resmi. Jalur hanya melalui Cidahu, Sukabumi, dan Gunung Bunder, Bogor.
Hingga 31 Maret, Gunung Salak masih ditutup untuk pendakian guna pemulihan ekosistem, cuaca buruk, dan ada peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengenai ada semburan gas beracun di Kawah Ratu. (AHA/COK/ONG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar